Model Pembelajaran Inquiry Learning (Penyingkapan)

Pengertian inquiry dapat diartikan sebagai  pernyataan, atau pemeriksaan, penyelidikan dan peningkapan. Inquiry Learning (penyingkapan) sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Model pembelajaran Inkuiri Learning adalah  suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuan dengan penuh percaya diri.

Joyce, Weil, dan Calhoun (2000:46) mengemukakan bahwa sumber energi utama inkuiri adalah tumbuhnya kesadaran diri siswa dalam mencari, menemukan, memeriksa, dan merumuskan cara pemecahan masalah secara mandiri. tujuan menggunakan metode inkuiri antara lain untuk mengembangkan ketrampilan kognitif dalam penyelidikan dan memproses data, mengembangkan logika untuk menyerap konsep-konsep yang berkualitas.

Inquiry dibentuk dan meliputi melebihi dari discovery. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery yang digunakan dalam cara lebih sempurna. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery, inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.

Ada 5 fase/sintaks dalam penerapan model pembelajaran inquiry learning
1. Tahapan penyajian masalah
2. Tahapan verifikasi data
3. Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
4. Merumuskan penjelasan
5. Membuat laporan

Contoh penjabaran sintaks penerapan pembelajaran Inquiry

a. Tahapan penyajian masalah
Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing siswa untuk mengumpulkan informasi. Keterlibatan siswa pada tahap ini adalah; (1) memberi respon positif terhadap masalah yang dikemukakan, (2) mengungkapkan ide awal.

b. Tahapan verifikasi data
Guru memberikan pertanyaan pengarah sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan merumuskan hipotesis. Keterlibatan siswa pada tahap ini yaitu; (1)melakukan pengamatan terhadap masalah yang diberikan, (2)merumuskan masalah, (3)mengidentifikasi masalah, (4)membuat hipotesis,dan (5)merancang eksperimen.

c. Megadakan eksperimen dan pengumpulan data
Pada tahap ini siswa diajak melakukan eksperimen atau mengumpulkan data dari permasalahan yang ada. Peran siswa dalam tahap ini yaitu; (1) melakukan eksperimen atau pengumpulan data, dan (2) melakukan kerjasama dalam mengumpulkan data.

d .Merumuskan penjelasan
Guru mengajak siswa untuk melakukan analisis dan diskusi terhadap hasil yang diperoleh sehingga siswa mendapatkan konsep dan teori yang benar sesuai konsepsi ilmiah.Keterlibatan siswa dalam tahap ini adalah (1) melakukan diskusi, dan (2) menyimpulkan hasil pengumpulan data.

e. Mengadakan analisis inquiry
Guru meminta kepada siswa untuk mencatat informasi yang diperoleh serta diberi kesempatan bertanya tentang apa saja yang berkaitan dengan informasi yang mereka peroleh sebelumnya lalu kemudian guru memberikan latihan soal-soal jika dipelukan.Keterlibatan siswa dalam tahap ini yaitu; (1) mencatat informasi yang diperoleh, (2) aktif bertanya, dan (3) mengerjakan latihan soal.

f. Membuat laporan
Siswa membuat laporan hasil temuan dalam seluruh proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tersebut.

Bahan Bacaan:
Suherman, Dkk. (2001). Common Texbook Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI Bandung.
Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rustaman, N. 2002. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : FIPS UPI

Model Pembelajaran Discovery Learning


Pembelajaran discovery (temuan) mengacu pada situasi pembelajaran, upaya siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan bimbingan yang sangat terbatas atau tanpa bimbingan sama sekali oleh guru.

Metode discovery adalah suatu prosedur pembelajaran yang menekankan pada belajar mandiri, memanipulasi obyek, melakukan eksperimen atau penyelidikan dengan siswa-siswa lain sebelum membuat  generalisasi.

Metode discovery memberikan kesempatan secara luas kepada siswa dalam mencari, menemukan, dan merumuskan konsep-konsep dari materi pembelajaran.
Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya.

Menurut Sund (Sudirman N, 1992 ), discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:
  • Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
  • Berpusat pada siswa;
  • Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Model pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (pengambilankeputusan/kesimpulan).

Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Secara umum ada 9 fase/sintaks  yang harus dipedomani dalam menerapkan model pembelajaran discovery learning yaitu:
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
3. Data Collection (pengumpulan data)
4. Data Processing (pengolahan data)
5. Verification (pembuktian)
6. Generalization (menarik kesimpulan)
7. Membuat Laporan

Sebagai contoh penerapan model  ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran yang dibagi dalam‘n’sektor yang sama besar,  kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah ....;

Contoh penjabaran sintaks pembelajaran Discovery Learning

a) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pada tahap ini guru memberikan stimulan kepada peserta didik dengan menampilkan media/alat peraga/bahan tayang yang relevan dengan materi pembelajaran.

Media/alat peraga/bahan tayang tersebut berdasarkan orientasi akan menimbulkan tanda tanya bagi peserta didik. Jawaban dari pertanyaan tersebut tidak digeneralisir atau disimpulkan secara bersama, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

Berdasarkan aktivitas pertama di atas, guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

b) Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin permasalahan yang relevan dengan stimulasi yang ditampilkan pada langkah sebelumnya.

Permasalahan tersebut selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Bagian ini memberi kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi. Kegiatan ini sekaligus membangun kemampuan peserta didik untuk menemukan suatu masalah.

c) Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d) Data Processing (pengolahan data)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).

Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).

Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f) Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).

Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

g) Membuat Laporan
Siswa membuat laporan hasil temuan dalam seluruh proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tersebut.

Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rustaman, N. 2002. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : FIPS UPI


Tupoksi Kepala Laboratorium di Sekolah

Salah satu tugas tambahan yang mengurangi jam mengajar di sekolah adalah menjadi kepala laboratorium sekolah. Jika seorang guru diangkat menjadi kepala laboratorium di sekolah maka tugas tambahan yang diemban setara dengan 12 jam mengajar.

Artinya jika jumlah beban mengajar (tatap muka) guru minimal 24 jam maka seorang guru yang ditugaskan kepala sekolah sebagai kepala laboratorium cukup mengajar 12 jam tatap muka.

Beban mengajar sebagai kepala laoratorium tentu sangat menarik, apa lagi di sekolah tersebut guru masih ada yang kekurangan jam mengajar.

Namun demikian tidak semua guru dapat diangkat menjadi kepala laboratorium, karena menjadi kepala laboratorium harus memenuhi syarat kualifikasi dan standar kompetensi yang telah ditentukan pemerintah.

Baca juga: Mengelola Administrasi Sekolah 

Agar dapat diangkat menjadi kepala laboratorium di sekolah harus memenuhi syarat berikut:

1. Jika diangkat dari jalur guru
  • Pendidikan minimal sarjana (S1);
  •  Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum;
  •  Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah
2.Jika diangkat dari  jalur laboran/teknisi
  • Pendidikan minimal diploma tiga (D3);
  • Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi;
  • Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
Selain syarat di atas, sebagai kepala laboratorium harus memenuhi 4 kompetensi yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi professional, dan kompetensi sosial. (Baca Permendiknas no. 26 tahun 2008) .

Dari kompetensi tersebut maka dapat dijabarkan tugas pokok kepala laboratorium sekolah (tupoksi) dalam mengelola laboratorium sekolah.

Baca juga: Program Kerja Tata Usaha Di Sekolah 

Mengelola laboratorium sekolah adalah serangkaian kegiatan mulai dari perencanaan kegiatan laboratorium, pengoperasian peralatan dan penggunaan bahan , pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan, pengevaluasian sistem kerja laboratorium , dan pengembangan kegiatan laboratorium baik untuk pendidikan , penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sehingga dapat menambah/ menerapkan pengetahuan dan keterampilan  peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi yang ditetapkan dalam kurikulum.

Adapun tupoksi kepala laboratorium dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menyusun rencana pengembangan laboratorium
  • Merencanakan pengelolaan laboratorium
  • Mengembangkan sistem administrasi laboratorium
  • Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium sekolah/madrasah
  • Menyusun prosedur operasi standar (POS) kerja laboratorium
2. Mengelola kegiatan laboratorium sekolah/madrasah
  • Mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru
  •  Menyusun jadwal kegiatan laboratorium
  •  Memantau pelaksanaan kegiatan laboratorium
  •  Mengevaluasi kegiatan laboratorium
  •   Menyusun laporan kegiatan laboratorium
3. Membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah/ madrasah
  • Merumuskan rincian tugas teknisi dan laboran
  • Menentukan jadwal kerja teknisi dan laboran
  • Mensupervisi teknisi danlaboran
  • Membuat laporan secara periodik
4. Memantau sarana dan prasarana laboratorium sekolah/madrasah
  •  Memantau kondisi dan keamanan bahan serta alat laboratorium
  •  Memantau kondisi dan keamanan bangunan laboratorium
  •  Membuat laporan bulanan dan tahunan tentang kondisi dan pemanfaatan  laboratorium
5. Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan laboratorium sekolah/madrasah
  • Menilai kinerja teknisi dan laboran laboratorium
  • Menilai hasil kerja teknisi dan laboran
  • Menilai kegiatan laboratorium
  • Mengevaluasi program laboratorium untuk perbaikan selanjutnya
6. Menerapkan gagasan, teori, dan prinsip kegiatan laboratorium sekolah/madrasah
  • Mengikuti perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan kegiatan laboratorium sebagai wahana pendidikan
  •  Menerapkan hasil inovasi atau kajian laboratorium
  •  Mengikuti perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan kegiatan laboratorium sebagai wahana pendidikan
  •  Menerapkan gagasan, teori, dan prinsip kegiatan laboratorium sekolah/madrasah
  •  Menerapkan hasil inovasi atau kajian laboratorium
7. Memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan penelitian di sekolah /madrasah
  • Menyusun panduan/penuntun(manual) praktikum
  • Merancang kegiatan laboratorium untuk pendidikan dan penelitian
  • Melaksanakan kegiatan laboratorium untuk kepentingan pendidikan dan penelitian
  •  Mempublikasikan karya tulis ilmiah hasil kajian/inovasi
8.  Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium sekolah/madrasah
  • Menetapkan ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
  • Menerapkan ketentuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja
  • Menerapkan prosedur penanganan bahan berbahaya dan beracun
  •  Memantau bahan berbahaya dan beracun, serta peralatan keselamatan kerja
Agar tupoksi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik maka kepala laboraorium menyusun program  tahunan kepala laboratorium.  Adapun struktur program minimal dapat disusun sebagai berikut:

HALAMAN PEMBUKA

 Halaman Judul
 Lembaran Pengesahan
 Kata Pengantar
 Daftar Isi
 Daftar Tabel /Gambar/Grafik

I. PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang/Rasional
 B. Dasar Hukum
 C. Tujuan
 D. Manfaat

II. PROGRAM DAN RUANG LINGKUP
 A. Struktur Organisasi Laboratorium
 B. Rincian Tugas Pengelola Laboratorium
 C. Program Jangka Pendek
 D. Program Jangka menengah
 E. Program Jangka Panjang

III. PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (POS)
 A. Tata Tertib Penggunaan Laboratorium
 B. Prosedur Operasional Standar (POS)
 C. Monitoring dan Evaluasi

IV. PENUTUP
 A. Kesimpulan
 B. Saran/Rekomendasi

Yang paling penting adalah program yang disusun harus konsisten dilaksanakan, percuma sekali jika progrogaram disusun namun tidak dipedomani.

Semoga guru yang diangkat menjadi kepala laboratorium dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.