Home » » Model Pembelajaran Discovery Learning

Model Pembelajaran Discovery Learning


Pembelajaran discovery (temuan) mengacu pada situasi pembelajaran, upaya siswa mencapai tujuan pembelajaran dengan bimbingan yang sangat terbatas atau tanpa bimbingan sama sekali oleh guru.

Metode discovery adalah suatu prosedur pembelajaran yang menekankan pada belajar mandiri, memanipulasi obyek, melakukan eksperimen atau penyelidikan dengan siswa-siswa lain sebelum membuat  generalisasi.

Metode discovery memberikan kesempatan secara luas kepada siswa dalam mencari, menemukan, dan merumuskan konsep-konsep dari materi pembelajaran.
Metode penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya.

Menurut Sund (Sudirman N, 1992 ), discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu:
  • Mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan;
  • Berpusat pada siswa;
  • Kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Model pembelajaran Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi (pengambilankeputusan/kesimpulan).

Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Secara umum ada 9 fase/sintaks  yang harus dipedomani dalam menerapkan model pembelajaran discovery learning yaitu:
1. Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
2. Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
3. Data Collection (pengumpulan data)
4. Data Processing (pengolahan data)
5. Verification (pembuktian)
6. Generalization (menarik kesimpulan)
7. Membuat Laporan

Sebagai contoh penerapan model  ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran yang dibagi dalam‘n’sektor yang sama besar,  kemudian menyusunnya sedemikian rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat menemukan bahwa luas lingkaran adalah ....;

Contoh penjabaran sintaks pembelajaran Discovery Learning

a) Stimulation (Stimulasi/Pemberian Rangsangan)
Pada tahap ini guru memberikan stimulan kepada peserta didik dengan menampilkan media/alat peraga/bahan tayang yang relevan dengan materi pembelajaran.

Media/alat peraga/bahan tayang tersebut berdasarkan orientasi akan menimbulkan tanda tanya bagi peserta didik. Jawaban dari pertanyaan tersebut tidak digeneralisir atau disimpulkan secara bersama, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri.

Berdasarkan aktivitas pertama di atas, guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

b) Problem Statement (pernyataan/identifikasi masalah)
Guru memberi kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin permasalahan yang relevan dengan stimulasi yang ditampilkan pada langkah sebelumnya.

Permasalahan tersebut selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis, yakni pernyataan sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

Bagian ini memberi kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi. Kegiatan ini sekaligus membangun kemampuan peserta didik untuk menemukan suatu masalah.

c) Data Collection (pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis.

Dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.

Konsekuensi dari tahap ini adalah siswa belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian secara tidak disengaja siswa menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d) Data Processing (pengolahan data)
Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22).

Data processing disebut juga dengan pengkodean/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244).

Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f) Generalization (menarik kesimpulan)
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244).

Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

g) Membuat Laporan
Siswa membuat laporan hasil temuan dalam seluruh proses pembelajaran dalam kompetensi dasar tersebut.

Suprijono, A. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rustaman, N. 2002. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : FIPS UPI


0 komentar:

Post a Comment