Home » » Konsep, Metode dan Prinsip Supervisi Manajerial

Konsep, Metode dan Prinsip Supervisi Manajerial

Supervisi manajerial adalah supervisi yang berkenaan dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait  dengan peningkatan efisiensi dan efektifitas sekolah yang mencakup: perencanaan , koordinasi, pelaksanaan , penilaian , pengembangan kompetensi sumberdaya manusia(SDM) kependidikan dan sumberdaya lainnya. 

Untuk dapat melaksanakan supervisi manajerial dengan baik maka pengawas sekolah berperan sebagai : 1) kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan, koordinasi, pengembangan manajemen sekolah, 2) asesor dalam mengindentifikasi kelemahan dan menganalisis potensi sekolah, 3) pusat informasi pengembangan mutu sekolah, 4) evaluator terhadap pemaknaan hasil pengawasan. 

Sasaran pengawasan manajerial adalah tenaga kependidikan yang ada disekolah yaitu kepala sekolah, tenaga administrasi, kepala laboratorium, kepala perpustakaan dan tenaga kependidikan lainnya. 

BACA JUGA: TEKNIK SUPERVISI MANAJERIAL PENGAWAS SEKOLAH 


A. Metode Supervisi Manajerial


Untuk dapat melaksanakan supervisi manajerial maka pengawas sekolah perlu menguasai metode dan prinsip-prinsip sehingga dapat berdampak untuk peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Adapun jenis metode dalam supervisi manajerial adalah sebagai berikut:

1. Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi (monev) sering disamakan dan dua istilah yang saling berkaitan. Namun kalau dilihat dari tujuan dan pelaksanaan memiliki perbedaan. 

Monitoring adalah suatu kegiatan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan penyelenggaraan Sekolah, apakah sudah sesuai dengan rencana, program, dan/atau standar  yang telah ditetapkan, serta menemukan hambatan-hambatan yang harus diatasi dalam pelaksanaan program. 

Monitoring lebih berpusat pada pengontrolan selama program berjalan dan lebih bersifat klinis. Mulai dari awal hingga akhir pelaksanaan program perlu dilakukan monitoring. Melalui monitoring, dapat diperoleh umpan balik bagi sekolah atau pihak tertentu yang terkait untuk menyukseskan ketercapaian tujuan. Dengan kata lain monitoring ditujukan untuk memastikan apakah proses pelaksanaan sebuah program terlaksana menurut semestinya. 

Aspek-aspek yang dicermati dalam monitoring adalah hal-hal yang dikembangan dan dijalankan dalam RKS/RKJM, RKT/RKAS dan KTSP dan program lain yang disusun/rencanakan sekolah diawal tahun. Agar dapat melakukan monitoring ini dengan baik maka pengawas sekolah harus menyusun instrumen yang memuat semua indikator yang hendak diamati 

2. Evaluasi

Kegiatan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan/target yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu. Dengan kata lain evaluasi adalah untuk mengetahui kesuksesan pelaksanaan penyelenggaraan suatu sekolah’. Maka, paling tepat evaluasi dilaksnakan diakhir sebuah program sedangkan monitoring dari awal hingga akhir pelaksanaan sebuah program.

Adapun tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk : 1) mengetahui tingkat keterlaksanaan program, 2) mengetahui keberhasilan program, 3) mendapatkan bahan/masukan dalam perencanaan tahun berikutnya, dan 4) memberikan penilaian (judgement) terhadap Sekolah.

3. Diskusi Kelompok Terfokus (Focused Group Discussion) 


Metode Focused Group Discussion (FGD) adalah metode yang dilakukan pengawas sekolah untuk menyampaikan data-data /temuan hasil monitoring kepada pihak sekolah terutama kepala sekolah, komite Sekolah dan guru. 

Dalam kesempatan tersebut secara bersama-sama pihak Sekolah dapat melakukan refleksi terhadap data yang ada, dan menemukan sendiri faktor-faktor penghambat serta pendukung yang selama ini mereka rasakan. Diskusi kelompok terfokus, dapat dilakukan dalam beberapa putaran sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan dengan sekolah. 

Tujuan utama Focused Group Discussion adalah untuk menyatukan sudut pandang stakeholder mengenai realitas kondisi (kekuatan dan kelemahan) sekolah, serta menentukan langkah-langkah strategis maupun operasional yang akan ditempuh untuk memajukan sekolah. 

Dalam kegiatan Focused Group Discussion pengawas sekolah dapat berperan sebagai fasilitator atau menjadi narasumber apabila diperlukan, untuk memberikan masukan berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya. 

Agar FGD dapat berjalan efektif, maka diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 

a. Sebelum FGD dilaksanakan, semua peserta sudah mengetahui maksud diskusi serta permasalahan yang akan dibahas. 

b. Peserta FGD hendaknya mewakili berbagai unsur, sehingga diperoleh pibu/bapangan yang berragam dan komprehensif. 

c. Pimpinan FGD hendaknya akomodatif dan berusaha menggali pikiran/ibu/bapak peserta dari sudut pandang masing-masing unsur. 

d.Notulen hendaknya benar-benar teliti dalam mendokumentasikan usulan atau sudut pandang semua pihak. 

e. Pimpinan FGD hendaknya mampu mengontrol waktu secara efektif, dan mengarahkan pembicaraan agar tetap fokus pada permasalahan. 


Apabila dalam satu pertemuan belum diperoleh kesimpulan atau kesepakatan, maka dapat dilanjutkan pada putaran berikutnya. Untuk ini diperlukan catatan mengenai hal-hal yang telah dan belum disepakati. 

4. Metode Delphi


Metode Delphi adalah metode yang digunakan pengawas sekolah yang melibatkan banyak pihak dalam mengambil suatu keputusan penting. Misalnya pengawas sekolah dalam membantu pihak sekolah merumuskan visi, misi dan tujuannya. Karena rumusan visi, misi dan tujuan harus dibuat dengan jelas dan realistis yang digali dari kondisi sekolah, peserta didik, potensi daerah, serta pibu/bapangan seluruh stakeholder. 

Langkah-langkah penggunaan metode ini adala sebagai berikut : 

a. Mengidentifikasi individu atau pihak-pihak yang dianggap memahami persoalan dan hendak dimintai pendapatnya mengenai pengembangan Sekolah; 

b. Masing-masing pihak diminta mengajukan pendapatnya secara tertulis tanpa disertai nama/identitas; 

c. Mengumpulkan pendapat yang masuk, dan membuat daftar urutannya sesuai dengan jumlah orang yang berpendapat sama. 

d. Menyampaikan kembali daftar rumusan pendapat dari berbagai pihak tersebut untuk diberikan urutan prioritasnya. 

 Mengumpulkan kembali urutan prioritas menurut peserta, dan menyampaikan hasil akhir prioritas keputusan dari seluruh peserta yang dimintai pendapatnya. 

5. Metode Workshop


Workshop atau lokakarya adalah metode supervisi manajerial yang bersifat kelompok dan dapat melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah, komite sekolah dan tenaga administrasi dari sekolah yang berbeda. 

Penyelenggaraan workshop disesuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan dapat diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah, Kelompok Kerja Pengawas Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Misalnya , pengawas dapat mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop tentang penyusunan RKS, pengembangan KTSP, sistem administrasi, peran serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya. 

Baca juga: Supervisi Dengan Teknik Observasi

Agar pelaksanaan workshop berjalan efektif, perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut. 

Menentukan materi atau substansi yang akan dibahas dalam workshop.Materi workshop biasanya terkait dengan sesuatu yang bersifat praktis, walaupun tidak terlepas dari kajian teori yang diperlukan sebagai acuannya. 

Menentukan peserta. Peserta workshop hendaknya mereka yang terkait dengan materi yang dibahas. 

Menentukan nara sumber /penyaji yang memiliki kompetensi dari segi materi maupun presentasi, dengan mempersiapkan bahan/tugas yang harus di kerjakan peserta. 

Mempersiapkan sarana dan fasilitas yang cukup serta mempertimbangkan ketersediaan waktu. 

B. Prinsip-Prinsip Supervisi Manajerial 

Agar pelaksanaan supervisi manajerial dapat mencapai tujuan yang diharapkan , pengawas sekolah perlu memahami prinsip-prinsip supervisi manajerial sebagai berikut: 

Menghidari sifat otoriter. Pengawas sekolah tidak boleh bertindak sebagai atasan dan kepala Sekolah/guru sebagai bawahan. 

Menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis. Hubungan kemanusiaan yang diciptakan harus bersifat terbuka, kesetiakawanan, dan bersifat informal 

Berkesinambungan. Supervisi manajerial dilakukan secara berkesinambungan bukan tugas  bersifat sambilan yang hanya dilakukan sewaktu-waktu jika ada kesempatan 

Demokratis. Supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi. Titik tekan supervisi yang demokratis adalah aktif dan kooperatif. 

Integral.  Di dalam setiap organisasi pendidikan terdapat bermacam-macam sistem perilaku yang tidak terpisahkan satu sama lain dengan tujuan sama, yaitu tujuan pendidikan; 

Komprehensif. Program supervisi harus mencakup keseluruhan aspek, karena hakikatnya suatu aspek pasti terkait dengan aspek lainnya. 

Konstruktif. Supervisi bukanlah sekali-kali untuk mencari kesalahan-kesalahan kepala Sekolah/ guru. 

Obyektif. Dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi, keberhasilan program supervisi harus obyektif. Obyektivitas dalam penyusunan program berarti bahwa program supervisi itu harus disusun berdasarkan persoalan dan kebutuhan nyata yang dihadapi Sekolah. 

Dengan memahami metode dan prinsip supervisi manajerial maka pengawas sekolah akan lebih kompeten dalam melaksanakan tugasnya yaitu membantu para kepala sekolah dalam mengelola sekolah sehingga sekolah semakin kodunsif dan dapat mencapai tujuan atau mutu yang ditargetkan. 


Tentunya pengawas sekolah tidak boleh lupa akan instrumen yang digunakan dalam melakukan kegiatan supervisi, dan selalu perpedoman kepada program yang telah disusun, program tahunan, program semester dan Rencana Pengawasan Manajerial (RPM). Semoga 


Bahan Bacaan:
Depdiknas. 2009.  Bahan Belajar Mandiri MKPS.  Jakatrta: Direktorat Jenderal PMPTK


0 komentar:

Post a Comment