Home » » Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika

Teori Bruner Dalam Pembelajaran Matematika

Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dari UniversitasHaevard, Amerika Serikat, yang telah mempelopori aliran psikologi belajar kognitifyang memberikan dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada  pentingnya pengembangan berpikir. 

Bruner banyak memberikan pandanganmengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar atau memperoleh pengetahuan, menyimpan pengetahuan dan mentransformasikan pengetahuan. Dalam mempelajari manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir, dan pencipta informasi. 

Bruner menemukakan  teorinya khususnya dalam pembelajaran matematika. Bruner  menyatakanbahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam pokok bahasan yang diajarkan, disamping hubungan yang terkait antar konsep-konsep danstruktur-struktur. 

Dengan mengenal konsep dan struktur yang tercakup dalambahan yang sedang dibicarakan, anak akan memahami materi yang harusdikuasainya itu. Ini menunjukkan bahwa materi yang mempunyai suatu pola ataustruktur tertentu akan lebih mudah dipahami dan di ingat anak. 

Baca juga: Teori Para Ahli Dalam Proses Pembelajaran

Siswa harus dapat menemukan keteraturan dengan caramengotak-atik bahan-bahan yang berhubungan dengan keteraturan intuitif yangsudah dimiliki siswa. Dengan demikian siswa dalam belajar, haruslah terlibat aktifmentalnya agar dapat mengenal konsep dan struktur dalam materi yang sedang dibicarakan. 

A. Empat Tema Pendidikan Oleh Bruner 

Dengan demikian materi yang mempunyai suatu pola atau struktur tertentu akan lebih mudah dipahami oleh anak.Dalam bukunya (Bruner, 1960) mengemukakan empat tema pendidikan, yakni: 

1. Pentingnya arti struktur pengetahuan. 

Kurikulum hendaknya mementingkan struktur pengetahuan, karena dalam struktur pengetahuan kita menolong parasiswa untuk melihat. 

2. Kesiapan (readiness) untuk belajar. 

Menurut Bruner(1966:29), kesiapan terdiri atas penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang memungkinkan seorang untuk mencapai keterampilan-keterampilanyang lebih tinggi.

 3. Nilai intuisi dalam proses pendidikan. 

Intuisi adalah teknikteknikintelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melaluilangkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itumerupakan kesimpulan-kesimpulan yang sahih atau tidak, serta (4) motivasi atau keinginan untuk belajar beserta cara-cara yang dimiliki para guru untuk merangsang motivasi itu.

4. Belajar sebagai Proses Kognitif

Menurut Bruner dalam belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah (1) memperoleh informasi baru,(2) transformasi informasi, dan (3) menguji relevan informasi dan ketepatanpengetahuan. 

Dalam belajar informasi baru merupakan penghalusan dari informasisebelumnya yang dimiliki seseorang.Dalam transformasi pengetahuan seseorangmemperlakukan pengetahuan agar cocok atau sesuai dengan tugas baru. Jadi,transformasi menyangkut cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengancara ekstrapolasi atau dengan mengubah menjadi bentuk lain.

Bruner menyebut pandangannya tentang belajar atau pertumbuhan kognitif sebagai konseptualisme instrumental. Pandangan ini berpusat pada dua prinsip, yaitu:(1) pengetahuan seseorang tentang alam didasarkan pada model-model tentang kenyataan yang dibangunnya dan (2) model-model semacam itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, kemudian model-model itu diadaptasi pada kegunaan bagi orang yang bersangkutan.

Pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang menurut Bruner adalah sebagai berikut.

a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak-tergantungan respons dari sifat stimulus. 

Dalam hal ini ada kalanya seorang anak mempertahankan suatu respons dalam lingkungan stimulus yang berubah-ubah,atau belajar mengubah responnya dalam lingkungan stimulus yang tidak berubah.Melalui pertumbuhan, seseorang memperoleh kebebasan dari pengontrolan stimulus melalui proses-proses perantara yang mengubah stimulus sebelum respons.

b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjdi suatu sistem simpanan (storagesystem) yang sesuai dengan lingkungan. 

Sistem inilah yang memungkinkan peningkatan kemampuan anak untuk bertindak di atas informasi yang diperolehpada suatu kesempatan.Ia melakukan ini dengan membuat ramalan-ramalan,dan ektrapolasi-ekstrapolasi dari model alam yang disimpannya.

c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain, dengan pertolongankata-kata dan simbol-simbol, apa yang telah dilakukan atau apa yang dilakukan.

Bruner (1966) mengemukakan bahwa terdapat tiga sistem keterampilan untukmenyatakan kemampuan-kemampuan secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga cara penyajian (modes of presents), yaitu: 

a. Cara penyajian enaktif

Cara penyajian enaktif adalah melalui tindakan, anak terlibat secara langsungdalam memanipulasi (mengotak-atik) objek, sehingga bersifat manipulatif.Anak belajar sesuatu pengetahuan secara aktif, dengan menggunakan bendabenda konkret atau situasi nyata. 

Dengan cara ini anak mengetahui suatu aspekdari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata. Cara ini terdiri ataspenyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon motorik.Dalam cara penyajian ini anak secara langsung terlihat.

b. Cara penyajian ikonik

Cara penyajian ikonik didasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik, yang dilakukan anakberhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yangdimanipulasinya.

Anak tidak langsung memanipulasi objek seperti yangdilakukan siswa dalam tahap enaktif.Bahasa menjadi lebih penting sebagaisuatu media berpikir.

c. Cara penyajian simbolik

Cara penyajian simbolik didasarkan pada sistem berpikir abstrak, arbitrer, danlebih fleksibel.Dalam tahap ini anak memanipulasi simbol-simbol atau lambang-lambang objek tertentu.Anak tidak lagi terikat dengan objek-objekpada tahap sebelumnya. Siswa pada tahap ini sudah mampu menggunakan notasi tanpa ketergantungan terhadap objek lain.

B. Dalil-Dalil Penguasaan Konsep Oleh Peserta Didik  

Dari hasil penelitiannya Bruner mengungkapkan dalil-dalil terkait  -kosep oleh peserta didik.Adapun  dalil-dalil tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dalil penyusunan (construction theorem)

Dalil ini menyatakan bahwa jika anak ingin mempunyai kemampuan dalam halmenguasai konsep, teorema, definisi, dan semacamnya, anak harus dilatih untuk melakukan penyusunan representasinya. 

Untuk melekatkan ide atau definisitertentu dalam pikiran, pentysunan  harus menguasai konsep dengan mencoba dan melakukannya sendiri. Peserta didik yang  aktif dan terlibat dalam kegiatan mempelajari konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka anak akan lebih memahaminya.

Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut anak disertai  dengan bantuan benda-benda konkrit, maka akan lebih muda mengingat ide-ide yang dipelajari itu. Siswa akan lebih mudah menerapkan ide dalam situasi riil secara tepat. 

Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya, dalam tahap awal pemahaman konsep diperlukan aktivitas-aktivitas konkret yang mengantaranak kepada pengertian konsep.

2. Dalil Notasi (Notation Theorem)

Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep, notasi memegangperanan penting.Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentuharus disesuaikan dengan tahap  perkembangan mental anak.Ini berarti untukmenyatakan sebuah rumus misalnya, maka notasinya harus dapat dipahami oleh anak, tidak rumit dan mudah dimengerti.

3. Dalil Pengkontrasan dan Variasi (Contrast and Variation Theorem)

Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan variasi sangat penting dalammelakukan pengubahan konsep dipahami dengan mendalam, diperlukan contoh contoh yang banyak, sehingga anak mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut.

Anak perlu diberi contoh yang memenuhi rumusan atau teorema yang  diberikan. Selain itu mereka perlu juga diberi contoh-contoh yang tidak memenuhi rumusan, sifat atau teorema, sehingga diharapkan peserta didk  tidak mengalami salah pengertian terhadap konsep yang sedang dipelajari.

Konsep yang diterangkan dengan contoh dan bukan contoh adalah salah satu carapengkontrasan. Melalui cara ini anak akan mudah memahami arti karakteristikkonsep yang diberikan tersebut. 

Salah satu dari model-model instruksional kognitif yang paling berpengaruh adalah model belajar penemuan Jerome Bruner (1966).Selanjutnya Bruner memberikan arahan bagaimana peran guru dalam menerapkan belajar penemuan pada siswa,sebagai berikut.

a. Merencanakan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para

siswa untuk memecahkan masalah. Guru hendaknya menggunakan sesuatuyang sudah dikenal oleh siswa, kemudian guru mengemukakan sesuatu yangberlawanan, sehingga terjadi konflik dengan pengalaman siswa. 

Akibatnya timbullah masalah, yang akan merangsang peserta didik  untuk menyelidiki masalahitu, menyusun hipotesis-hipotesis, dan mencoba menemukan konsep-konsepatau prinsip-prinsip yang mendasari masalah tersebut.

b. Urutan pengajaran hendaknya menggunakan cara penyajian enaktif, ikonik,kemudian simbolik karena perkembangan intelektual siswa diasumsikanmengikuti urutan enaktif, ikonik, kemudian simbolik.

c. Pada saat siswa memcahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai pembimbing atau tutor. 

Guru hendaknya tidak mengungkap terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, guru hendaknya memberikan saransaran jika diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balikpada saat yang tepat untuk perbaikan siswa.

d. Dalam menilai hasil belajar bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes esay

Tujuan belajar penemuan adalah mempelajari generalisasi-generalisasi dimana peserta didik belajar menemukan sendiri generalisasi-generalisasi itu.

Baca juga: Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray(TSTS) 

Demikianlah teori Jerome Bruner dalam Pembelajaran yang dikenal dengan teori belajar kognitif, dimana sampai sekarang teori ini masih bertahan mewarnai dunia pendidikan. Semoga bermanfaat 

0 komentar:

Post a Comment