Diktat Pelajaran dan Cara Membuatnya


  1. Pengertian Diktat 
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diktat adalah pegangan yang dibuat guru berupa ketikan maupun stensilan, pengertian lain menurut Totok Djuroto diktat pelajaran adalah buku pelajaran yang  termasuk kelompok karangan ilmiah  hanya saja dibuatnya bukan berdasarkan hasil penelitian, tetapi materi pelajaraan atau mata kuliah dari suatu  ilmu

Dalam bagian lain diktat adalah unit terkecil dari suatu mata pelajaran yang dapat berdiri sendiri dan dapat dipergunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu diklat yang disusun secara sistematik dari yang mencakup tujuan dan uraian materi

  1. Prinsip-prinsip Penyusunan Diktat
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan diktat  antara lain prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan

Prinsip relevansi artinya keterkaitan, materi yang ditulis hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi yang ingin dicapai
Prinsip konsistensi artinya keajegan, jika kompetensi dasar yang harus dikuasai empat macam maka bahasan yang ada pada diktat juga harus meliputi empat macam
Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya mencukupi dalam membantu peserta diklat mengusai kompetensi yang akan diajarkan, materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu banyak, jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai kompetensi standar sebaliknya jika terlalu banyak akan membuang buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya

  1. Persyratan Sebuah Diktat
 Sampai saat ini belum ada aturan baku tentang pembuatan diktat yang khusus, namum mengingat diktat  merupakan bagian kecil dari buku paket maka ketentuan  pembuatan diktat hampir sama dengan pembuatan buku paket , antara lain

    C. 1. Persyaratan yang berkaitan dengan isi
  1.  Memuat sekurang kurangya materi minimal yang harus dikuasai peserta didik.
  2.  Diktat relevan dengan tujuan dan sesuai dengan kemampuan yang akan dicapai
  3.  Sesuai dengan ilmu pengetahuan yang bersangkutan
  4.  Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
  5.  Sesuai dengan jenjang dan sasaran
  6.  Isi dan bahan mengacu pada kompetensi dalam kurikulum

     C. 2.   Persyaratan dengan cara penyajian
  1.  Uraian teratur
  2.  Saling memperkuat dengan bahan lain
  3.  Menarik minat dan perhatian peserta
  4.  Menangtang dan merangsang peserta didik untuk mempelajari
  5.  Mengacu pada aspek koginitif, afektif dan psikomotor
  6.  Hindari penyajian yang bertele- tele
     C. 3.  Persyaratan yang berkaitan dengan bahasa
  1. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar
  2. Menggunakan kalimat yang sesuai dengan kematangan dan perkembangan peserta
  3. Menggunakan istilah, kosakata, symbol yang mempermudah pemahaman
  4. Menggunakan kata kata terjemahan yang dibakukan
     C.4.  Persyaratan yang berkaitan dengan Ilustrasi
  1. Relevan dengan  bahan ajar yang dibuat
  2. Tidak mengunakan kesinambungan antar kalimat. Antar bagian dan antar paragraf.
  3. Merupakan bagian terpadu dari bahan ajar
  4. d. Jelas, baik dan merupakan hal hal esensial yang membantu memperjelas materi
  
D. Komponen-komponen  dari Diktat

  D. 1. Bagian awal yang berisi :
  1. Halaman cover, bersisi tentang judul, pengarang, gambar sampul, dan lingkup penggunaan diktat ( biasanya digunakan untuk lingkungan sendiri ), nama departemen, tahun terbit.
  2. Halaman judul , berisi judul, pengarang/penulis, gambar sampul, lingkup penggunaan, tahun terbit, nama depertemen 
  3. Daftar isi, yang membuat, judul bab, sub bab, dan nomor halaman
  4. Daftar lain seperti : daftar gambar, daftar table, daftar lampiran.
    D. 2.   Bagian isi

Bagian ini berisi pokok pokok bahasan yang menjadi inti naskah diktat dan memuat uraian penjelasan, proses operasional atau langkah kerja dari setiap bab maupun sub bab. Dengan demikian paragraf merupakan unit terkecil suatu pokok bahasan. Paragraf tersebut harus saling mendukung dan merupakan suatu kesatuan yang koheren. Apabila diperlukan penjelasan dan uraian dilengkapi dengan table, bagan, gambar dan ilustrasi lain

    D. 3. Bagian akhir
Pada bagian akhir diktat berisi antara lain :
  1. Lampiran, bila lampiran lebih dari satu lembar harus diberi nomor urut arab
  2. Glosarium (jika ada), kata/istilah yang berhubungan dengan uraian diktat sehingga memudahkan pemahaman pembanca
  3. Kepustakaan, ada beberapa cara menuliskan kepustakaan, namun demi keseragaman dipilih satu dari sekian cara tersebut, sengan ketentuan sebagai berikut :
  • Contoh: Mulyasan,E, .2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Pt Remaja Rosda Karya: Bandung
  1. Langkah-langkah Penyusunan Diktat
Penulisan diktat hendaknya didahului dengan penyusunan kerangka penulisan. Kerangka penulisan disusun berdasarkan kosep dasar ilmu yang bersangkutan, sesuai dengan tema dan judul yang akan ditulis.

Penulis diktat hendaknya berpedoman pada kerangka penulisan yang telah disusun , oleh karena itu kerangka harus lengkap dan rinci untuk mempermudah penulisan, isi naskah terdiri dari bab atau unit,setiap bab diberi nomor urut dengan angka romawi dan dilengkapi dengan judul bab. 

Contoh :
Bab I. Limit
 A.    Konsep Limit

 B.     Limit Aljabar
1.      Limit x mendekati a
2.      Limit x mendekati tak hingga

 C.     Limit Trigonometri
      dst.

  1.  Penggunaan Bahasa
Penulisan diktat hendaknya menggunakan bahasa jelas, tepat formal dan lugas. Kejelasan dan ketepatan isi dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan istilah yang jelas`dan tepat, kalimat yang tidak berbelit belit dan struktur alinea yang runtut,kelugasan dan keformalan gaya bahasa digunakan dengan menggunakan kalimat fasif, hindarilah pengunaan kata kata sepeti saya kami, kemudian tuliskan kegiatan yang dilakukan penulis, seperti penulis atau peneliti tapi inipun hindari sesedikitmungkin.dalam menggunakan bahasa Indonesia baku hendaknya memperhatikan :
1.  Kaidah  Bahasa Indonesia yang digunakan adalah ejaan yang   disempunakan (EYD)
2.  Penerapan kaidah Ejaan
     3.  Pemakaian tanda baca

  G. Penulisan Diktat

Dalam pengetikan naskah diktat ada beberapa hal yang harus diperhatikan kertas yang digunakan adalah kertas jenis HVS putih, ukuran kuarto atau polio tergantung selera tetapi umunya ukuran kuarto, bidang pengetikan pun berjarak  4 cm dari tepi kiri, dan 3 cm tepi atas, tepi kanan dan tepi bawah, sebuah alinea tidak dimulai pada bagian halaman yang hanya memuat kurang dari tiga baris.

Diktat ditulis dengan menggunakan tauran baku  baku baik jenis huruf maupun ukuran hurufnya, pengetikan dengan menggunakan rata kanan dan tidak boleh mengorbankan aturan spasi atarkata dalam teks. 

Awal alinea diketik pada ketukan keenam dari batas kiri bidang pengetikan . sesudah tanda baca titik, titik dua, titik koma, dan koma hendaknya diberi satu ketikan kosong. Istilah tertentu yang belum lazim ditulis digaris bawahi atau ditulis dengan huruf miring. Dalam pengetikan juga harus diperhatkan antara lain :
1 Jenis dan ukuran huruf
2.Modus huruf
3.Spasi
4.Tabel dan gambar
   
Baca juga: Teknik Penulisan Modul Pe

    Hal hal yang harus diperhatikan :
  1. Berilah jarak 3 spasi antara tabel atau gambar dengan teks sebelum dan sesudahnya
  2. Judul tabel atau gambar diketik pada haaman yang sama dengan table atau gambarnya, penyebutan menggunakan tabel……atau gambar
  3. Tepi kanan teks tidak harus rata , oleh karena itu kata pada akhir baris tidak harus dipotong. Jika terpaksa dipotong tanda hubungnya ditulis setelah huruf akhir, tanpa disisipi spasi, bukan diletakkan dibawahnya
  4. Tempatkan nomor halaman di pojok kanan atas pada setiap halaman , kecuali pada halaman pertama setiap bab dan halaman bagian awal.
  5.  Semua nama pengarang dalam daftar rujukan harus ditulis.
  6.  Nama awal atau nama tengah dapat disingkat asalkan dilakuan secara konsisten 
    Hal -hal yang tidak boleh dilakukan :
1.Tidak boleh ada bagian yang kosong pada akhir halaman kecuali jika halaman tersebut merupakan akhir bab
2. Tidak boleh memotong tabel atau gambar
3. Tidak boleh memberi garis vertikal antara kolom pada table kecuali terpaksa
4. Tidak boleh memberi tanda apapun sebagai tanda berakhirnya suatu bab
5. Tidak boleh menempatkan sub judul dan identitas table pada akhir halaman
6. Rincian tidak boleh menggunakan tanda hubung (-) tetapi menggunakan bullet (*) untuk penulisan yang dilakukan dengan menggunakan komputer.
7. Tidak boleh menambah spasi antarkata dalam suatu baris yang bertujuan meratakan tepi kanan.
8. Daftar rujukan tidak boleh diletakkan di kaki halaman atau akhir setiap bab, daftar rujukan hanya dapat ditempatkan setelah bab akhir

 H. Ilustrasi Perwajahan 

Iluntrasi biasa ditulis dan diatur sendiri, karena pengeditan dan perancangan wajah sudah
ada fasilitasnya dalam hal illustrasi seorang penulis diktat harus memperhatikan masalah
masalah :
1. Format diktat agar enak dibaca
2.Tata letak untuk mempermudah pemahaman isi buku dan mendapatkan kenyamanan membaca.
3Tipografi yang menyangkut nama dan jenis huruf, panjang baris,
4Ilustrasi agar sajian visual yang tidak mungkin disampaikan dengan kata dapat disajikan dengan gambar, ilustrasi snagat menarik jika berupa foto foto yang berwarna.

I. Struktur Isi Diktat 

Bagian pendahuluan terdiri dari:
       
Halaman Cover
Halaman Judul
Lembar Pengesahan kepala sekolah
Surat keterangan dari Kepala Perpustakaan 
Kata Pengantar
Daftar Isi

Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari : 

Bab I
         A.  Tujuan dan ruang lingkup BAB
         B. Uraian isi pelajaran (Sub-sub Bab)
         C. Penjelasan teori
         D. Sajian contoh
         E. Tugas
         F. Soal latihan
         G. Refleksi/Rangkuman
         
Bab II
         dst 
Bagian Penunjang

Glosarium (kalau ada)
    
    Daftar Pustaka 

Demikian cara membuat diktat pelajaran, semoga guru mau berlatih dan dapat membuatnya.

Pembelajaran Tuntas Dan Strategi Pernerapannya Di Kelas


1. Pengertian Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) adalah pola pembelajaran yang menggunakan prinsip ketuntasan untuk setiap peserta didik secara individual, meskipun kegiatan pembelajaran  dilaksanakan secara klasikal, tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan individual peserta didik.  Pembelajaran tuntas menekankan sebelum peserta didik tuntas pada kompetensi yang sedang dipelajari tidak dibolehkan untuk melanjutkan pada kompetensi berikutnya, maka konsekuensinya guru harus memberikan bantuan belajar berupa remidi. 

Kondisi demikian  memungkinkan berkembangnya potensi, minat masing-masing peserta didik secara optimal sehingga memudahkan peserta didik untuk belajar kompetensi berikutnya.  Dalam pembelajaran tuntas, guru belum dimungkinkan untuk melanjutkan materi atau kompetensi berikutnya sebelum peserta didik tuntas dalam materi yang sedang dipelajarinya.

Tes yang diberikan guru bukan untuk menentukan angka kemajuan belajar, akan tetapi tes dilakukan sebagai dasar umpan balik bagi guru sehingga dapat diketahui  informasi kelemahan  dan ketidaksanggupan peserta didik dalam belajar.

Dengan kata lain tes diberikan untuk menentukan dimana setiap peserta didik perlu memperoleh bantuan dalam mencapai penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Maka dalam belajar tuntas remedial dan pengayaan harus dilakukan dengan baik sampai peserta didik tuntas dalam kompetensi yang ditentukan kurikulum.

2. Asumsi Dasar Belajar tunta
Ide tentang belajar tuntas di topang oleh asumsi dasar seperti dikemukakan oleh Muhammad Ali (1992 : 97) bahwa :
a. Semua atau hampir semua peserta didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya (apa yang dipelajari) bila pengajaran dilaksanakan secara sistematis
b. Tingkat keberhasilan peserta didik di sekolah ditentukan oleh kemampuan bawaan atau bakat yang dimiliki masing-masing.

Asumsi yang dikemukakan ahli tersebut menunjukkan bahwa apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis maka hampir semua peserta didik dapat menguasai materi yang diajarkan. Oleh karena itu kemampuan guru dalam memahami karakteristik peserta didik dan peningkatan kualitas pembelajaran sangat penting, dan kesistematisan pembelajaran sangat tergantung kepada  faktor : 1) kejelasan pembelajaran atau informasi guru, 2) kebaikan urutan, 3) materi yang disajikan, 4) keefektifan tes yang digunakan sebagai umpan balik. Demikian juga bakat atau kemampuan bawaan berpengaruh di dalam keberhasilan peserta didik. Bakat berhubungan dengan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, sedangkat kesempatan adalah kondisi yang dimiliki peserta didik untuk belajar.

3. Ciri-ciri  Pembelajaran Tuntas
    Bloom menggambarkan bahwa ciri-ciri belajar tuntas adalah sebagai berikut :
a. Guru perlu mencari sarana yang memungkinkan peserta didik menguasai secara  tuntas materi pembelajaran
      b. Perbedaan bakat terhadap mata pelajaran sesuai dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk menguasainya secara tuntas
     c. Dengan diberikan waktu belajar cukup hampir semua peserta didik dapat mencapai tingkat penguasaan yang ditentukan;
     d. Setiap peserta didik harus memahami setiap tugas yang dipelajari dan prosedur yang diikuti dalam belajar;
     e. Akan sangat bermanfaat jika  disediakan beberapa kemungkinan media pembelajaran dan kesempatan belajar;
     f. Guru hendaknya menyediakan dan memberikan umpan balik dan perbaikan bagi kesalahan atau kesulitan belajar peserta  didik;
    g. Guru harus mencari berbagai cara untuk memperoleh waktu yang diperlukan peserta didik untuk belajar
     h. Guru membuat perencanaan pembelajaran setiap tatap muka
     i. Materi pembelajaran lebih baik dipecah menjadi unit-unit kecil dan memberikan tes setiap akhir pembelajaran;
    j. Penilaian akhir terhadap hasil belajar harus didasarkan pada tingkat penguasaan mata pelajaran (Depdiknas ,  2004 : 10)

Dari ciri-ciri belajar tuntas seperti diuraikan di atas guru dapat mengembangkan strategi atau metode yang digunakan sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan peserta didik dapat mencapai kemampuan  yang diharapkan secara keseluruhan.

Secara kualitatif tabel berikut ini memperlihatkan perbedaan pembelajaran konvensional dengan belajar tuntas:

Langkah
Aspek Pembeda
Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran Konvensional
A. Persiapan
1.Tingkat ketuntasan
Diukur dari performance peserta didik dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kemampuan dasar). Setiap peserta didik harus mencapai nilai KKM
Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak
2.   Rencana Pelaksanaan  Pembelajaran
Dibuat untuk satu KD , dan dipakai sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu pembelajar-an, dan hanya dipakai sebagai pedoman guru
3.  Pandangan terhadap kemampuan peserta didik saat memasuki satuan pembelajaran tertentu
Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi, dilakukan pendekatan individual
Kemampuan peserta didik dianggap sama
B.Pelaksanaan pembelajaran
1.  Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kemampuan dasar
Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual
Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal
2.  Cara pembelajaran dalam setiap standar kompetensi atau kompetensi dasar
Pembelajaran dilakukan melalui penjelasan guru (lecture), membaca secara mandiri dan terkontrol, berdiskusi, dan belajar secara individual
Dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab, dan membaca (tidak terkontrol)
3.Orientasi pembelajaran
Pada terminal performance peserta didik (kompetensi atau kemampuan dasar) secara individual
Pada bahan pembelajaran (materi), hasil belajar dan kompetritif
4.Peranan guru
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual
Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh peserta didik dalam kelas
5. Fokus kegiatan pembelajaran
Ditujukan kepada masing-masing peserta didik secara individual
Ditujukan kepada peserta didik dengan kemampuan menengah
6. Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran
Ditentukan oleh peserta didik dengan bantuan guru
Ditentukan sepenuhnya oleh guru
C.   Umpan Balik
1.Instrumen umpan balik
Menggunakan berbagai jenis serta bentuk tagihan secara berkelanjutan
Lebih mengandalkan pada penggunaan tes objektif untuk penggalan waktu tertentu
2.Cara membantu peserta didik
Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok (small-group learning activities) dan tutor yang dilakukan secara individual
Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara klasikal
4. Sistem penilaian dalam pembelajaran tuntas
Diagnostik progres tes dalam strategi belajar tuntas dilakukan secara teratur setiap selesai dipelajari sejumlah materi. Tes yang diberikan menggunakan system penilaian acuan patokan (PAP) yaitu, tes yang diberikan berdasarkan patokan atau criteria yang ditetapkan sebelumnya.

Dari hasil tersebut guru dapat mengetahui peserta didik mana yang mampu mencapai tujuan sesuai dengan patokan atau kriteria dan peserta didik mana yang gagal mencapainya. Hasil tes kemudian dianalisis untuk memperoleh letak kegagalan peserta didik untuk dapat diberikan bantuan.

Pemberian bantuan dimaksud, sehingga dengan mastery learning (belajar tuntas) seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan atau menguasai bahan pelajaran minimal yang telah ditetapkan.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh masing-masing sekolah dengan didasarkan pada : 1) tingkat kompleksitas materi, 2) Sarana atau daya dukung pembelajaran, 3) intake peserta didik. Tugas guru dalam kurikulum tersebut adalah merumuskan indikator tiap kompetensi dasar yang dituangkan dalam silabus dan penilaian berkelanjutan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dihitung dari tiap indikator yang telah dirumuskan dan untuk melakukan program perbaikan dilihat dari ketuntasan tiap indikator yang telah dirumuskan.

5. Merencanakan program  remedial dan pengayaan
    Bagi peserta didik yang belum tuntas, guru menyusun program perbaikan. Dalam program harus jelas terlihat masing-masing nama peserta didik yang belum tuntas dan indikator yang belum tercapai. Bentuk pembelajaran dalam remidi dapat dilakukan pembelajaran ulang secara klasikal dengan pendekatan/metode yang berbeda dengan sebelumnya, atau pembelajaran bersifat individual maupun tutor sebaya.
  
  Program pengayaan disusun untuk peserta didik yang telah tuntas dalam mencapai kriteria yang ditentukan. Bentuk program pembelajaran pengayaan  dapat berupa :
1) Memperdalam atau memperluas konsep yang telah dipelajari dalam bahan pelajaran yang disajikan
2) Menambah beberapa kegiatan yang belum terdapat dalam pelajaran pokok
3) Memotivasi, menarik dan menantang peserta didik untuk memperoleh pengetahuan tambahan. Untuk memperoleh pengetahuan tambahan , materi program pengayaan seperti juga program perbaikan, dapat diambil dari berbagai macam buku pelajaran, misalnya buku paket, majalah dan lain-lain.
6. Penerapan pembelajaran tuntas
Pembelajaran  tuntas yang  diterapkan guru dengan baik  sangat efektif, dalam membangkitkan minat peserta didik untuk belajar karena anak yang lambat  belajarnya akan dilanyani dengan program remidial dan anak yang cepat belajarnya akan dilanyani dengan program pengayaan. Dengan demikian pembelajaran tuntas akan mempertinggi kepercayaan peserta didik  terhadap kemampuan dirinya dalam belajar.

Satu hal penting yang harus perlu diperhatikan  dalam penerapan pendekatan belajar tuntas  adalah penggunaan komunikasi yang tepat sehinga peserta didik yang lamban tidak merasa rendah diri, dan  yang cepat menguasai suatu materi ajar  tidak menjadi tinggi hati. 

Guru perlu memperhatikan kemungkinan efek bahwa mengulang-ulang suatu materi dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi ajar bagi peserta didik yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan belajar tuntas (mastery learning)  harus  dapat diarahkan oleh guru agar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik . Guru harus dapat meyakinkan bahwa semua peserta didik  bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa peserta didik memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih giat.

Agar pendekatan pembelajaran tuntas dapat membangkitkan minat peserta didik dalam belajar maka guru perlu merencanakan sebaik-baiknya metode apa yang harus dilakukan, bagaimana peran guru dan peran peserta didik.
a.  Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas  menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta didik secara optimal. Metode pembelajaran tidak boleh kaku tetapi bervariasi karena tidak ada satu metode pembelajaran yang efektif dan berdiri sendiri tetapi sangat tergantung terhadap situasi, kondisi , materi ajar dan karakteristik peserta didik.
  
    Adapun langkah-langkahnya pembelajaran tuntas yang dilakukan penulis adalah :
    1) Mengidentifikasi prasyarat materi yang harus dikuasai peserta didik, 
    2) Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian, kompetensi,
    3) Mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.
Metode pembelajaran yang sangat diharapkan dilakukan  dalam pembelajaran tuntas adalah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil.
b. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam mendorong  keberhasilan peserta didik secara individual. Guru bertindak sebagai fasilitator sehingga peserta didik belajar menurut keceptannya.

Karena sistem pembelajaran saat ini masih klasikal, maka guru perlu berkeliling untuk memberikan perhatian, membantu, memberikan motivasi dan penguatan terhadap peserta didik. Agar hal ini dapat terlaksana efektif maka     maka guru perlu  melakukan   hal-hal berikut:
1)  Melakukan analisis terhadap SK -  KD;
2)  Menetukan kriteria ketuntasan minimal peserta didik (KKM)
     3) Mengembangkan  indikator berdasarkan SK- KD;.
     4) Merencanakan program pembelajaran mulai dari program tahunan, semester,     silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
     5) Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi;
     6) Memfasilitasi  peserta didik agar mereka mau belajar, perhatian bimbingan dan motivasi;
     7)  Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik;
     8) Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif)
    9) Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dengan cara mengadakan remidi di luar pembelajaran

c.  Peran peserta didik
 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek didik. Fokus program pembelajaran bukan pada “Guru dan apa yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang apa akan dikerjakannya”. Oleh karena itu, pembelajaran tuntas memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan  kecepatan pencapaian kompetensinya.


d.  Evaluasi
Karena ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced)Dengan demikian  guru harus duluan menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM)  yang harus dicapai oleh peserta didik.  
Nilai yang ditetapkan  menjadi target yang harus dicapai peserta didik sehingga mereka dinyatakan tuntas dalam belajar. Penentuan ketuntasan ini didasarkan kepada teori belajar tuntas dengan asumsi  bahwa :
      1) Semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,
      2) Standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah tuntas atau tidak tuntas
      3) Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
      4) Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
      5) Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan  program pengayaan.
      6) Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor
    Setiap selesai satu KD guru melakukan ulangan harian dimana  soal ulangan harian disusun sesuai dengan indikator KD, kemudian hasil ulangan tersebut dianalisis untuk melihat berapa banyak peserta didik yang tuntas dan belum tuntas. Bagi peserta didik yang belum tuntas dianjutkan dengan mencatat indikator-indikator yang membuat mereka tidak tuntas. Berdasarkan indikator yang tidak tuntas tersebut dilakukan remidi di luar jam pelajaran, adapun remidi ini dapat dilakukan  guru di luar jam tatap muka.
  
  Aspek afektif diukur melalui kegiatan pengamatan, dengan bantuan instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sesuai dengan KTSP, aspek afektif dititik beratkan kepada empat komponen yaitu pengamatan sikap peserta didik terhada guru,  sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, sikap peserta didik ketika proses pembelajaran dan sikap peserta didik terhadap peraturan yang berlaku di kelas. Sedangkan penilaian terhadap aspek psikomotor tergantung kepada karakteristik mata pelajaran. Khusus mata pelajaran yang penulis ampu tidak ada aspek psikomotor .
 Peserta didik yang telah mencapai atau lebih dari kriteria yang ditentukan disebut tuntas dan dilanyani dengan program pengayaan. Program pengayaan ini dapat diberikan guru berupa pendalaman, keluasan materi atau latihan percepatan penguasaan materi secara individu atau kelompok.

Sedangkan peserta didik  yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan disebut belum tuntas maka  guru  akan merencanakan program remidi, dapat bersifat individual atau kelompok berupa pembelajaran ulang,  bimbingan tugas, tutor sebaya, pemberian rangkuman pembelajan kemudian harus diakhiri dengan pemberian tes.

Jika masih ada peserta didik  yang belum tuntas maka akan dilanjutkan program remidi sampai semua peserta didik  tuntas atau mencapai kriteria yang ditetapkan.
        Dengan program remidi  setiap peserta didik  akan merasa dihargai, dan mereka  dituntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut hemat penulis apabila hal ini dilaksanakan oleh guru dengan baik maka besar harapan setiap peserta didik akan berminat bahkan bergairah dalam belajar. Maka minat belajar peserta didik semakin hari semakin bertambah terhadap mata pelajaran yang dibelajarkan oleh guru.
           
        Simpulan
    a. Implementasi pembelajaran tuntas diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar  peserta didik karena setiap peserta didik dihargai menurut kecepatan belajarnya, kepada peserta didik yang lambat diberi program remidial dan kepada peserta didik yang cepat diberikan program pengayaan sehingga potensi yang ada dalam diri peserta didik dihargai.
b. Dalam pembelajaran tuntas guru bertindak sebagai fasilitator, peserta didik sebagai subjek maka peserta didiklah yang lebih banyak bekerja dibawah bimbingan guru. Pendekatan yang diberikan guru adalah pendekatan individual walaupun dalam suasana klasikal, oleh karena itu guru hendaknya memahami karakteristik masing-masing peserta didiknya sehingga guru dapat memberikan jenis bantuan yang dibutuhkan peserta didik.Jika hal ini dilaksanakan maka minat belajar peserta didik akan muncul dan tumbuh dengan baik yang berpengaruh terhadap hasil belajarnya..

Direktorat Pendidikan SMA. (2010). Petunjuk Teknis Pembelajaran Tuntas, Remidial dan Pengayaan di SMA . Jakarta. Depdiknas.

Mulyasa E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya

Petunjuk teknis pembelajaran Tuntas, Remidial dan Pengayaan di SMA . Jakarta. Depdiknas